[Traveling] Perjalanan Liburan Seru ke Honolulu, Hawaii (Part 2 - Beli Tiket Pesawat Baru, Tiket Pesawat Liburan ke Hawaii Hangus)

Dari Singapura ke Honolulu, Hawaii (Part 1 : Paspor Ketinggalan Saat Sudah di Airport Changi, Singapore)




Perang Batin
Sebagai istri, saya berada diantara gemes, lapar, dan pasrah dan merasa bodoh. Gemes karena sebenernya ini persoalan sepele, saking sepelenya - membawa paspor lama dan meninggalkan paspor baru di rumah itu harus terjadi lagi. Ini yang kedua kalinya. Waktu lalu, kami batal melakukan perjalanan ke Vietnam dan membeli tiket baru detik itu juga dan berangkat beberapa jam berikutnya. Saya lapar karena pagi itu saya rasa belum mendapat asupan yang cukup untuk beberapa jam ke depan - belum lagi karena otak, hati dan lambung saya bekerja 2x lebih keras daripada biasanya. Adrenalin sih adrenalin tapi saya sudah tidak bisa menikmati adrenalinnya lagi karena lapar dan sakit kepala, jadi cukup pasrah sudah. Dan selanjutnya, otak yang sudah tidak bisa berpikir ini mulai dilalui oleh pikiran-pikiran yang datang dari setan.

"Lu salahin aja suami lu, tiap kali abis ngerjain sesuatu nggak bisa fokus; tau-tau saja udah loncat ngerjain hal lain. Coba abis selesai scan, langsung itu paspor diambil. Lu kaga bakal ketinggalan pesawat begini, Neng."

"Lu mah jadi istri kaga becus, urusan dokumen mah urusan elu. Jangan semua-mua suami. Betul semalem sebelumnya suami uda masukin paspornya ke dalam tas ransel lu, tapi elu kaga buka-buka tuh paspor. Elu cek kek. Double check kek. Lu main percaya aja sama suami lu, padahal suami lu juga kaco nggak ada bedanya sama elu."

"Coba ya tadi pagi pas balik ke rumah cuma demi gunting bulu idung suami sempet sempet ada pikiran untuk buka scanner. Bok...mana inget ya, uda lupa aja gitu. Bulu idung mengalahkan segalanya."

Suami saya nggak akan bisa marah, yang ada juga gemes - secara suami itu termasuk orang sabar walaupun bukan tingkat dewa; sedangkan saya sendiri aslinya temperamen - tapi saya belajar sedikit banyak dari suami saya dan kisah kesehariannya.

Dan karena saling marah dan menyalahkan tidak ada gunanya, kami sama-sama saling tahu dan sepakat untuk fokus dan saling melempar senyum konyol yang penuh paksaan. Iya, memaksakan diri untuk senyum di saat situasi genting itu perlu - paling tidak sih untuk kami berdua.

Penantian
Suami mondar-mandir ke sana kemari, sebentar ada harapan bahwa kami diarahkan ke loket check-in oleh petugas lapangan Scoot sambil ada kalimat bernada menenangkan dan menyelamatkan hati kami "Ke loket deh. Buruan...". Mas yang jaga di loket menolak kami dengan alasan gate-nya sudah ditutup. "Lho, tapi papan jadwal penerbangan belum ada tulisan bahwa gate sudah ditutup. Kita masih bisa masuk nih. Tolong deh kabarin kita kalo ada keterlambatan dalam penerbangan dan kita masih bisa masuk," ngotot suami. Namanya juga usaha ya.

Suami mendatangi konter pemesanan tiket Scoot dengan harapan bisa mendapat secercah harapan disana - manalagi barusan ada e-mail dari Scoot yang menanyakan "Elu kaga berangkat, trus baliknya masih mo lu pake ga?" Si Mba counter Scoot bilang "Elu telepon aja di CS-nya Scoot dan bilang kalo masih mo pake tiket baliknya; supaya kaga dianggep angus." 

Singkat cerita, suami telepon customer service Scoot sedangkan saya lemas duduk di salah satu bangku peron seberang konter pemesanan tiket Scoot sambil sesekali memandang ke arah dimana suami berdiri dan memantau jadwal status penerbangan yang ada di layar.                         
       
Jam menunjukkan tiga puluh menit lepas dari jam sebelas. Satu jam berlalu sejak kami tiba kembali di airport dan mondar-mandir sana sini sampai loyo dan jadwal penerbangan belum berubah juga. Suami masih ingin menunggu lebih lama, menunggu sampai tulisan Singapore to Honolulu by Scoot sudah hilang dari pandangan.

"Sudah ya...yuk, pulang," sambil saya memeluk erat suami dan saling melempar senyum.

Rasa lapar itu memang perlahan-lahan muncul, tapi tidak segarang saat kelaparan. Ada rasa mual di sana, menunjukkan belum siapnya perut ini untuk menerima sesuatu yang berat. Buat saya, buah adalah pengganjal perut yang pas. Kami berdua duduk di bangku peron sambil menikmati buah jeruk dan nanas potong yang sudah saya siapkan dari rumah dan sesekali menatap jadwal penerbangan yang belum berubah status.

"Kalo berangkat dari KL gimana ya?" kata suami.
"Mahal...," jawab saya. Sambil scrolling dan membaca hasil pencarian di layar handphone.
"Ya udah, beli baru lagi berarti. Senin. Toh tiket balik kita masih utuh" timpal suami.

Malam Mingguan di Singapura
"Naik MRT aja ya...," kata saya. Paspor sudah di tangan, pesawat sudah berangkat, jadi sudah tidak perlu naik taksi lagi lah.

Setibanya di rumah, perut ini mulai meronta-ronta; begitupula milik suami.
"Makan yuk...," kata suami.
"Yuk..., makan aja tuna sandwich-nya," timpal saya.

Siang itu saya duduk santai di atas meja dapur - suami di depan komputer sambil cari tahu meninjau ulang hasil pencarian tiket pesawat, dengan maskapai yang sama.

"Hmmmm...uwenak," kata suami saya.

Itu ekspresi suami saya kalo cocok dengan rasa makanan. Ngegemesin, apalagi ini tuna sandwich bikinan saya sendiri. Meleleh dan mendadak plong hati saya dan sejenak lupa dengan kejadian 1-2 jam yang lalu.

"Glad you like it," jawab saya.
"Sungguhan, uwenak..." tambahnya lagi.
"Iya, ini seharusnya kita lagi asik di atas pesawat sambil menikmati sandwich ini. Pasti lebih uenakk..," saut saya dengan nada sedikit menyesal.
"Iya, nanti bawa lagi aja..." katanya.

Dua tiga jam berikutnya berlanjut dengan drama panjang pembelian tiket baru. Suami mencoba satu dua kali untuk membeli tiket baru di hari Senin tapi selalu gagal karena kami diharuskan memilih jadwal tiket kepulangan. Lho, kami kan masih punya tiket kembali.

Inti jawabannya begini : kalau mau beli tiket berangkat yang baru, maka kami harus beli tiket kembali. Paham juga sih, ini perjalanan jauh - setidaknya mereka mau ada jaminan juga bahwa kami akan kembali lagi ke Singapura. Jadi pembelian tiket berangkat ini harus dilakukan secara manual dan akan dibantu oleh CS-nya.

Belum berhenti sampai disitu, karena kami jadi galau tentang bagasi tambahan untuk keberangkatan kali ini. Di tiket PP kami sebelumnya, kami membeli paket combo (bagasi dan makan); tapi karena sekarang kami hanya membeli tiket 1 kali jalan saja. Duh...pilihan sulit. Di satu sisi, kami berdua termasuk dan maunya memang pergi sebagai light traveler; tetapi di sisi lain suami membawa instrumen musik ukulele. Yah, tentu saja Si Mas menyarankan salah satu dari kami membeli bagasi karena kegalauan ukuran ukulele boleh masuk ato entahlah disamping 2 koper ukuran kabin milik kami. Ini kan memang suka untung-untungan yak!

Tiket baru kami beli seharga SGD 820; sudah termasuk makan untuk 2 selama 2 kali dalam penerbangan Singapura ke Honolulu dan juga bagasi 20kg yang kami beli untuk jaga-jaga.

Dalam hati saya nggak rela karena harus beli bagasi - tapi lebih nggak rela lagi kalo pas kena acak dari petugas lapangan, tau-tau harus beli bagasi on the spot karena udelnya yang petugas lagi nggak di tengah gitu. Kan makin mahal!

Ya udah lah ya...Kita harus bersyukur karena masih bisa beli tiket keberangkatan yang baru.

Selanjutnya, malam itu kita habiskan dengan nonton Mary Poppins (old version) walaupun nggak sampai habis karena buffering-nya terus-terusan bikin nggak nahan. Maklum, nontonnya rebutan dengan jutaan penduduk di seluruh dunia.

Romantis ya...

Masih 1 Malam Lagi 
Wah, seharusnya kami ini lagi jalan-jalan lho di sekitaran pantai Waikiki atau lagi santai di hotel.
Seharusnya...

Tapi hari Minggu ini kami masih di Singapura, bukan di Honolulu. Kami masih bisa ke gereja, masih bisa makan Hokkian Mie, masih bisa naik MRT ato bus dan masih tidur di ranjang nyaman kami di kamar.

Jujur aja, saya ini udah males banget mau ke gereja tapi kali ini saya nggak bilang ke suami. Saya mau abaikan pikiran saya yang nggak penting, perasaan begini ini nggak perlu diturutin. Walaupun dalam pikiran saya masih juga diisi pikiran-pikiran ngalor-ngidul. Nanti gimana kalau suami ditanyain orang-orang di gereja. Minggu-minggu lalu aja sudah banyak yang doain sana sini. Ujung-ujungnya batal berangkat karena salah ambil paspor. Duh!

Yang banyak berhadapan dengan orang nanti kan suami. Lha kok saya malahan yang takut?

Eh ngomong-ngomong, besok pagi kami berdua sudah akan berangkat ke Hawaii lho. Pasti! Saya beli buah-buahan lagi untuk dipotong kecil-kecil, dan beli roti tawar lagi untuk bikin home made tuna sandwich special yang sudah kami makan kemarin dan tetep plus telor rebus.

Yummy!

Popular Posts