[Traveling] Liburan Asik dari Singapore ke Honolulu, Hawaii (part 3 : Singapore - Osaka - Honolulu)

Ini Hari Senin
Dan senangnya, akhirnya kami akan berangkat juga ke Hawaii (baca cerita sebelumnya disini). Kali ini tidak ada drama lagi tentang paspor, suami memilih meninggalkan bungkus paspor di rumah dan cukup membawa paspor baru saja. Titik.


Penerbangan kami hari itu dijadwalkan pk. 11.00 waktu Singapura. Sekitaran pk. 8.30 kami sudah tiba di airport dan bergegas kami berjalan dengan percaya diri ke loket Scoot 11-12. Di sana kami disambut ramah oleh petugas Scoot seorang perempuan India. Suami menyodorkan paspor dan kode booking tiket. Sembari petugas mencetak boarding pass, suami menanyakan perihal tidak bisanya check-in online yang suami coba lakukan semalam sebelumnya. Petugas Scoot menjelaskan bahwa khusus penerbangan untuk ke Amerika memang ketat, jadi memang tidak ada fasilitas check-in online dan harus langsung menuju ke loket untuk check-in dan mendapatkan boarding pass di hari H.

Kami sengaja membawa koper masing-masing untuk ditaruh di kabin saja (kelas ekonomi maksimum 10kg), tentu saja beratnya sudah kami pertimbangkan karena masing-masing dari kami membawa barang secukupnya. Selain itu, kami berencana akan menggunakan fasilitas berbayar self laundry hotel sekitar USD 2.5 untuk 1x cuci berikut pengeringnya.

Di pembelian tiket baru waktu lalu, suami menambah 1 bagasi (20kg) atas saran CS Scoot waktu kami membeli tiket baru via telepon. Jaga-jaga apabila ukulele ini tahu-tahu dianggap terlalu besar dan harus dibagasi, walaupun sebenarnya menurut saya pribadi sih tidak perlu dibagasi. Tapi namanya CS, mereka menyarankan yang terbaik saja ya dan suami mengiyakan dengan alasan daripada nanti di hari H malah harus membayar sejumlah uang untuk bagasi yang harus kami pakai secara dadakan yang pastinya mahal!

Tiket Singapura - Osaka dan Osaka - Honolulu sudah ada di tangan. Wohooo!!

Saya masih antara percaya nggak percaya bakal ke Hawaii. Saya tanya berkali-kali ke suami untuk meyakinkan diri sendiri "Seriously, we're going to Hawaii? We're going to America?" dan suami berkali-kali menjawab dengan sabar "Iya...Iya..."

Langkah kami berlanjut menuju hall keberangkatan, menembus autogate imigrasi yang kemudian dicek manual oleh petugas yang berdiri di dekat pintu autogate.

Botol 1.5 liter suami isi saat di boarding room, karena posisi dispenser kurang ergonomis, 1.5 liter tidak bisa terisi penuh. Andaikan ada botol kecil, pasti terisi penuh botol raksasa kami. Hahaha...

Singapura - Osaka
Penerbangan Singapura ke Osaka ditempuh selama 7 jam. Di dalam pesawat kami berpindah tempat duduk dari posisi semula karena cukup banyak kursi kosong di sana. Tiga kursi dekat jendela kami kuasai sendiri, leluasa pastinya! Kami menikmati makanan on-board : nasi lemak dan braised chicken with rice. Nasi lemak juaranya dibandingkan menu braised chicken. Selain menu utama, kami masing-masing mendapatkan 1 Ritter Cornflakes Chocolate dan pilihan minum Coke atau Evian.

Sesekali saya dan suami tidur, sesekali saya dan comot-comot buah jeruk dan nanas potong, dan kue kacang yang sudah saya siapkan dari rumah sebelumnya. Sandwich tuna belum kami makan, save the best for the last :)

Jaket windbraker yang saya persiapkan untuk dipakai di dalam pesawat ternyata tidak terlalu terpakai karena suhu ruangan pesawat tidak terlalu panas ataupun dingin. Baru kali ini saya merasakan demikian, just nice!

Enam jam lebih sudah berlalu dan saya mulai melihat gunung-gunung yang diliputi salju, sepertinya pesawat ini sudah memasuki kawasan Jepang. Tidak semua salju menutupi semua bagian gunung, tapi ada di beberapa area di sini dan di sana dan di saat yang sama suhu ruangan di dalam pesawat mulai terasa lebih dingin, seperti saat kita membuka lemari pendingin. Saatnya kembali mengenakan jaket dan kaos kaki. Bbbbrrr...

Tepat di 7 jam perjalanan udara, pesawat kami mendarat di Kansai International Airport, Osaka. Wah, lumayan - sekalipun kami belum pernah jalan-jalan ke Jepang; setidaknya kami menginjakkan kaki kami di bandara Osaka selama 2 jam. Ndeso!

Satu per satu penumpang pesawat mulai berbaris rapi untuk menunggu pintu keluar pesawat dibuka; dan saya sudah tidak sabar untuk melihat sejenak bandara Osaka. Semakin mendekat ke pintu keluar pesawat, suhu dingin semakin terasa dan menembus kulit bagian dalam. Dan saatnya kami keluar menuju ke terminal kedatangan sambil menarik koper masing-masing Saya dan suami ketawa-ketawa merasakan hawa dingin ini; sontak kami berdua seperti anak kecil yang kegirangan.

Kansai International Airport
Kami berjalan mengikuti papan petunjuk ada untuk menuju ke connecting flight area. Melewati pos keamanan sampai pada akhirnya kami harus naik kereta untuk berpindah/transfer ke terminal keberangkatan. Tidak banyak yang bisa kami lihat selama 3-4 menit di dalam kereta selain pesawat dari berbagai maskapai yang sedang parkir di lapangan udara.

Saat berada di pos keamanan, kami memasukkan barang bawaan ke dalam mesin pendeteksi seperti pada umumnya - melepas jaket, jam tangan, dsb lalu kemudian masing-masing dari kami berhadapan dengan seorang petugas yang sudah membawa tulisan terlaminasi yang berisi pertanyaan untuk kami berikan jawaban "Yes" atau "No".

Isi pertanyaannya kurang lebih demikian :
Apakah kamu membawa barang-barangmu sendiri sejauh ini?
Apakah kamu yakin barangmu tidak diselundupi barang oleh seseorang?
Apakah kamu yakin dengan barang bawaanmu sendiri?


Saya dan suami sempatkan mampir ke toilet di Jepang yang katanya keren itu. Memang keren, saking kerennya saya tidak bisa baca tulisan-tulisan yang ada di situ apalagi mencoba semua fiturnya satu per satu karena keterbatasan waktu. Yah, lain kali deh ya!

Setelah kami berdua berpindah ke terminal lain, kami memutuskan untuk jalan cepat menyusuri area ini. Sekilas kami melihat Duty Free Shop, Uniqlo, Hermes, Chanel, dan Tokyo Banana Shop, Cafetaria yang menjual udon atau ramen dan juga coffee shop yang menjual kopi dan sandwich. Dengan waktu kurang dari 2 jam, sangat tidak mungkin bagi kami untuk membeli makanan maupun barang karena panjangnya antrean. Suami yang waktu itu ingin sekali sekadar makan ramen atau udon di salah satu cafetaria harus saya ingatkan bahwa waktu transit kita di sini sangatlah singkat. 

Di bandara ini kami kembali mengisi ulang botol air minum raksasa kami, dan kali ini kami akan isi dengan penuh. Kenapa? Karena di tempat pengisian air minum tidak hanya ada tombol air mancur yang langsung bisa kita minum dari sumbernya tetapi ada juga fasilitas untuk mengisi air dalam botol berupa dispenser yang menempel di dinding. Cukup tekan tombol sampai botol air penuh. Yay!

Osaka - Honolulu
Awak kabin menyambut kami dengan senyum di mulut pintu pesawat dengan jaket tebal karena suhu yang dingin. Kami memasuki pesawat yang sama, beberapa awak kabin berganti giliran waktu kerja - tapi ada juga satu dua awak kabin yang sama dari penerbangan sebelumnya.

Penerbangan kali ini cukup padat penumpang karena banyaknya penumpang yang akan berlibur dari Osaka ke Honolulu; berbeda dengan penerbangan kami sebelumnya dari Singapura. Kali ini kami berdua tidak bisa berpindah tempat duduk. Duh!

Tidak lama setelah pesawat lepas landas dan terbang stabil; awak kabin segera menyiapkan makan malam kami. Seafood Paela dan Chicken Noodle. Chicken Noodle juaranya, karena rasa Seafood Paela terlalu hambar dan terlalu sedikit toppingnya; jadi kami lebih terasa makan paela/nasi kuningnya saja dan tak berlauk. Syukur kami masih punya bekal tuna sandwich. Fiuuuhhhh!

Awak kabin mulai beberes selepas 2 jam mereka membagikan makanan, tak lama kemudian lampu di dalam pesawat mulai meredup - tujuannya adalah untuk menjaga siklus tidur dari para penumpang agar supaya mereka tidak merasakan jetlag yang berlebihan karena adanya perbedaan waktu. Pesawat dijadwalkan mendarat di Honolulu pk. 7.00 pagi.

Tidak mudah untuk menidurkan diri sendiri selama 5 jam ke depan. Sesekali kami ngobrol, sesekali kami tidur-tidur ayam dan sesekali kami keluar masuk kamar kecil karena banyak mengkonsumsi air putih. Ya, air sangat penting; supaya tidak kekurangan cairan pada tubuh!

Di dalam perjalanan Osaka - Honolulu ada hal-hal yang menarik perhatian saya, seperti : Kenapa selama di dalam penerbangan hampir semua penumpang yang berasal dari Jepang menggunakan masker mulut dan hidung? Baik dari model yang paling sederhana yang bisa kita beli di apotek atau ala eceran di supermarket kecil sampai "professional look". Kalo untuk menahan suhu dingin di luaran sana, saya masih bisa percaya; tapi kalo dibawa sampai tidur? Mungkin sedang flu ya? Bisa jadi.

Saya pribadi termasuk orang yang sering menggunakan masker, alasannya adalah karena hidung saya ini sangat sensitif, alergi debu dan bau-bau yang muncul saat di publik dan ujung-ujungnya saya jadi flu dan itu tidak nyaman sama sekali. Saya sendiri bawa masker kok waktu itu tapi karena hidung saya toleran dengan udara yang ada di dalam pesawat, saya hanya memakainya sebentar saja.

Hal menarik lainnya adalah penumpang di sebelah saya di seberang sayap kanan - sepasang orangtua muda dengan anaknya batita yang sedang digosok giginya oleh papa dan dibantu oleh mamanya sesaat setelah lampu kabin dimatikan. Saya pikir, kedisiplinan orang Jepang untuk hal-hal seperti ini patut diacungi jempol. Saya pribadi nggak yakin kalau nanti punya anak; sebelum tidur di pesawat saya sikatkan gigi mereka - tapi setelah saya melihat mereka, saya jadi termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Lagipula namanya disiplin itu tidak harus menunggu sesuatu yang WOW, disiplin itu bisa dilakukan dari hal yang paling sederhana dan tentunya tidak akan terasa memberatkan kelak apabila sudah dibiasakan sejak dini. Itu yang namanya pembiasaan.

Satu jam sebelum pesawat mendarat, lampu kabin mulai diterangkan secara bertahap supaya mata para penumpang bisa beradaptasi dengan cahaya.

Lampu pelangi di kabin pesawat, penyesuaian cahaya dari gelap ke terang

Awak kabin terlihat mulai menyiapkan nampan untuk menerima sampah dari para penumpang dan awak kabin lainnya mulai membagikan formulir US Customs and Border Protection untuk diisi oleh para penumpang. Wah, deg-degan juga ya...sebentar lagi saya dan suami sudah di Honolulu - negara bagian dari Amerika Serikat. Saya mesem-mesem sendiri sambil isi formulir. Hihihi...
.
.
.
.

Popular Posts